Sunday, April 15, 2018

PAKUBUWONO X COMMEMORATIVE TEACUP












CANGKIR PB X
Buatan Austria untuk Keraton Surakarta Hadiningrat, Solo, Indonesia
1893 - 1900
Carbon transfer / Autotype process print & gilding diatas porselen
Cangkir : Diameter 9,8 cm, tinggi 4,5 cm
Lepek : Diameter 14,3 cm, tinggi 2,5 cm

Made in Austria for Surakarta Palace, Central Java, Indonesia
1893 - 1900
Carbon tranfer print (Autotype process) & gild on porcelain
Teacup : 9,8 x 4,5 cm
Saucer : 14,3 x 2,5 cm

Zold - Sala3

Monday, April 9, 2018

DUTCH COLONIAL ROSEWOOD CASKET











KOTAK 'ROSEWOOD' ERA KOLONIAL BELANDA
Batavia / Jawa, Indonesia
Abad 19
Kayu rosewood, perak dan kuningan
30 cm x 22,5 cm. Tinggi 14 cm

Batavia or Java, Indonesia
19th C
Rosewood, silver & brass
30 (W) x 22,5 (D) x 14 (H) in centimeter

Terbuat dari kayu rosewood dengan sistim pembuatan kayu Eropa.
Jenis kayu ini adalah keluarga genus Dalbergia, jika berasal ia berasal dari Cina pada benda-benda oriental kita mengenalnya sebagai kayu Swanci atau hongmu. Di Indonesia, terutama di Jawa, kayu genus ini kita kenal dengan nama Sonokeling.

Termasuk kayu eksotis yang mempunyai daya tahan tinggi terhadap pelapukan, kepadatan, kekerasan serta bobot yang mantap. Warnanya berfariasi dari coklat pucat kekuningan, kemerahan hingga coklat hitam pekat, semua tergangantung jenis masing-masing daerahnya.

Kotak seperti ini di Batavia / Jawa biasanya untuk menyimpan dokumen dan barang berharga atau perhiasan, berukuran sedikit lebih besar dari umumnya kotak kinangan 'Batavia'.
Dengan kondisi relatif masih baik, kotak ini dilengkapi logam perak kadar tinggi pada 2 handel, lubang kunci dan pada tombol-tombol 'pelindung' diatasnya. Engsel dan perangkat mesin kunci terbuat dari kuningan, salah satu 'gigi' atas pengunci sudah patah tapi tidak mempengaruhi fungsi kerja penguncian.

Benda kotak yang terbuat dari kayu eksotis dengan ornament logam perak yang mewarisi tradisi benda buatan V.O.C sebelumnya, tidaklah terlalu mudah dijumpai lagi di Indonesia. Mayoritas benda-benda seperti ini adalah milik orang Eropa yang tinggal di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, seiring berakhirnya era itu, benda-benda seperti ini ikut 'hijrah' dengan pemiliknya yang kembali ke negara asalnya.

Zold - Bks

Friday, April 6, 2018

DUTCH COLONIAL SILVER MOUNTED BETEL BOX SET





















SET KOTAK KINANGAN ERA V.O.C
Batavia / Jawa, Indonesia
Akhir abad 17 atau awal abad 18
Perak kadar baik, kayu akar sutra Ambon, jati dan besi baja
Ukuran kotak :27,5 cm x 17 cm. Tinggi 11,3 cm
Berat biji kinangan 343 gram
Berat total 1432 gram

Batavia / Java, Indonesia
Late 17th C or early 18th C
Silver, Amboyna burl wood, teak wood and iron
Box size : 27,5 (W) x 17 (D) x 11,3 (H) in centimeter
Weight 1432 gram

Kotak kinangan kayu jenis 'burl' yang dihiasi lempemgan ukiran perak disekelilingnya, bagian engsel dan 'kaki' juga terbuat dari perak, sedangkan bagian dasar kotak terbuat dari kayu jati.

Ukiran perak pada benda yang berusia 200 tahun lebih ini sudah tidak lagi 100% sempurna, sedikit-sedikit pada ujung beberapa bagian telah cuil / patah, walau tidak terlalu signifikan mengurangi ke-indahan benda langka ini.
Bagian engsel paruh atas yang terkoneksi pada penutup juga telah hilang dan digantikan buatan baru, begitu juga rantai penahan tutup dan salah satu 'handle' telah digantikan baru. Pada interior kotak, penutup kayu untuk ruang kecil tepi kanan juga sudah tidak ada.

Pada kelengkapan biji kinang masih terbilang baik, hanya 1 buah tempat kapur telah tidak ada dan ekor 'kuda' kacip telah patah / hilang (bagian penyobek buah pinang). Pun gilding pada atas 2 buah cepuk biji kinangan telah digilding ulang kembali. Sangat jarang menemukan kotak kinangan era V.O.C seperti ini yang masih dilengkapi dengan biji kinangannya, walau terbuka kemungkinan adanya perbedaan jangka waktu pembuatan antara kotak dan isinya.

Bentuk kotak jenis kayu eksotis yang dilengkapi ornament perak ini adalah identik sebagai benda yang diakomodasi pembuatannya oleh V.O.C, persekutuan dagang Belanda yang memonopoli perniagaan dan aktifitas ekonomi di Asia Tenggara terutama Indonesia sekitar abad 17 hingga 18 (1602 - 1799)

Diperuntukkan bagi para pejabat dan pengusaha Eropa (terutama Belanda) yang bermukim di Batavia atau Jawa. Kebiasaan menginang ini adalah bentuk adaptasi dari budaya setempat, sekaligus sebagai bentuk 'ritual' yang mungkin sangat eksotis dan 'prestise' buat mereka pada saat itu.

Melalui V.O.C, benda ini dibuat oleh para pengrajin kayu dan logam yang bermukim di Batavia, bahannya di import dari daerah / negara lain yang masih dalam jaringan bisnisnya.
Para pengrajin ini terdiri dari berbagai macam etnis, diantaranya etnis Melayu, India, Cina dan Eropa (terutama Eropa Timur).

Ukiran motif pada kotak ini berupa sulur dan stilisasi bunga lotus adalah khas dari ciri ukiran pengrajin perak dari India untuk benda kolonial di Batavia abad 17 - 18. Motif dan komposisi ukiran ini kadang cukup serupa dengan hiasan perak Melayu, terutama yang berasal dari Sulawesi. Hal ini dapat dipahami karena eratnya pengaruh budaya India di Sulawesi Selatan (Makassar & Bugis) sebelum masuknya Islam pada pertengahan abad 16.

Biji kinang kemungkinan besar dibuat oleh pengrajin perak Cina di pulau Jawa, bentuk ukiran dengan dimensi yang lebih variatif menjadi cirinya. Senada dengan kotaknya yang dibuat dengan tingkat 'kepadatan' ukiran yang sama, motif bijih kinang juga mengarah pada motif selera orang Eropa di Batavia (terlihat pada pinggir ukiran bunga). Hanya motif bagian atas penutup 'gilding' yang sedikit mengarah pada kebiasaan pengrajin perak etnis cina (terlihat motif burung, buah delima dan sejenis bunga tipe '4 musim' Cina)

Mayoritas kotak kinangan kolonial Batavia walau dikerjakan oleh pengrajin perak berbagai etnis semua tidak menonjolkan ciri utama etnis masing-masing. Lebih cenderung membentuk citra karakter baru sebagai benda kolonial Batavia.
Percampuran bentuk juga terlihat nyata, bentuk 'medallion' yang mendasari pola utama kotak ini identik sebagai komposisi bentuk dari Cina, juga pada 'handle' mempunyai bentuk global antara wujud 'Ruyi' atau kelelawar Cina. Semua itu kemudian di-isi hiasan motif bunga dan sulur India dan dibatasi oleh detail-detail motif Eropa.

Bentuk pola dan komposisi seperti ini kemungkinan tetap berlanjut hingga akhir abad 19atau awal abad 20, lama setelah masa V.O.C telah berakhir. Beberapa benda kotak kinang Peranakan Cina dan Melayu masih mengadaptasi pola seperti ini, penggunaan kayu eksotis dan hiasan logam perak, walau dengan unsur motif ukiran yang mewakili kecenderungan etnis masing-masing.

Zold - Bekasi