Tuesday, August 5, 2014

BLENCONG JAVANESE SHADOW PUPPET OIL LAMP











BLENCONG GORDO / GARUDA

Jogjakarta, Indonesia
Original
Awal abad 20 atau 1910 - 1930an
Perunggu, besi
27 cm x 57 cm

Jogjakarta, Indonesia
Original
Early 20th C
Bronze, iron
27 cm x 57 cm


Blencong dengan motif burung Garuda, tunggangan Dewa Wishnu, yang dalam terminologi Jawa di anggap juga sebagai Dewa Surya atau Dewa Cahaya Kehidupan.

Benda seperti ini sudah sangat jarang ( kalau tidak mau dikatakan tidak ada lagi ) yang di fungsikan sebagaimana harusnya dia di ciptakan, yakni menjadi sumber cahaya utama dalam menghidupkan sebuah pertunjukan wayang. Kata hidup tadi mempunyai makna yang sebenarnya, karena bayang - bayang wayang yang tercipta dari cahaya api blencong yang berpendar dinamis mempunyai efek mirip dengan tarikan nafas, semua wayang di tangan Dalang, bahkan wayang yang diam tertancap di gedebog pisang-pun seakan - akan hidup dan bernafas. Ambil sebuah wayang, ditempat gelap terangi dia dengan cahaya api, akan terlihat wayangnya menjadi lebih berdimensi, apalagi bayangannya, akan bergetar seakan bernafas.Yang mana efek ini tidak dapat hadir ketika menggunakan cahaya lampu listrik karena sifatnya yang stabil dan statis.
Semua sumber kehidupan murni sangat identik dengan unsur alam, api adalah salah satu elemen pentingnya, cahaya listrik walaupun juga dari alam, tapi sudah terlalu banyak katalis pembentuk-kannya, mempunyai efek psikologis dan rasa yang berbeda dengan cahaya api, seperti perbedaan antara berbicara tatap muka dengan berbicara lewat handphone atau tulisan s.m.s.

Selain itu, pendar cahaya blencong yang dinamis secara konstan, menciptakan irama tak kasat mata, beresonansi di bawah alam sadar, sehingga sebuah pertunjukan wayang mempunyai tingkat ke-khusyuk-an yang lebih. Pada tingkatan tertentu repetisi pendar cahaya api blencong mempunyai efek yang sama seperti repetisi musik Jatilan, menghantarkan kita pada dunia bawah sadar bagi yang berkonsentrasi menyimaknya.

Blencong wayang adalah benda tradisi penuh makna dan ritual yang sejak belasan sampai puluhan tahun yang lalu secara perlahan mulai kehilangan fungsinya dalam pertunjukan wayang, digantikan oleh kabel PLN. Jumlahnya yang memanglah tidak banyak karena setiap satu blencong mewakili ribuan jumlah wayang, kini semakin langka, sudah lama penambahan jumlah wayang tidak lagi di ikuti oleh penambahan jumlah blencong.

Hilangnya fungsi blencong dalam kehidupan tradisi budaya bangsa kita sekarang ini adalah hal yang tak terhindarkan, atas nama efisiensi, efektifitas dan kemajuan, semua itu terjadi. Juga malam sudah tak lagi sepekat dan hitam seperti jaman dulu, ketika setitik cahaya blencong sudah bagaikan cahaya dari Dewa Surya.
Blencong, representasi matahari dari Sang Hyang Surya, telah dikalahkan oleh modernitas...

Zold - Yogyakarta

No comments:

Post a Comment